Fimadina.com– Kiyai Abdul Wahab Tegaskan Banyak Kajian Mengaku “Makrifat” Justru Keliru
Abdul Wahab, M.HI., seorang ulama muda terkemuka dari Jember Jawa Timur, mengeluarkan peringatan terkait maraknya kajian-kajian yang mengatasnamakan “makrifat” di media sosial seperti YouTube, Facebook, dan platform lainnya. Melalui sebuah postingan panjang di Facebook pada 4 April 2023, beliau menegaskan bahwa sebagian besar kajian tersebut justru sangat jauh dari makrifat yang sesungguhnya.
Dalam postingannya, Abdul Wahab yang juga sebagai Wakil Sekretaris di LBM PWNU Jatim, menjelaskan, “Yang saya lihat, kebanyakan kajian di YouTube, Facebook, atau medsos lain yang memakai judul ‘Makrifat’ adalah kajian yang paling jauh dari Makrifat sesungguhnya. Isinya hanya orang halu, mikir sendiri, menyimpulkan seenak sendiri, tidak punya landasan ilmu al-Qur’an dan hadis lalu mengaku makrifat padahal malah sesat.”
Beliau juga menyoroti bahwa penyampaian kajian seringkali dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki dasar ilmu agama yang memadai. “Yang dianggap guru di situ mengenal kitab-kitab standar saja nggak, tapi malah mengaku mengenal Allah? Dia melihat jin lalu merasa melihat Allah. Bertemu setan lalu merasa bertemu Nabi Khidir. Hati-hati dan jauhi kajian semacam itu,” tegas Abdul Wahab, yang juga tercatat sebagai Dosen di UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.
Dalam postingannya, beliau menekankan pentingnya menempuh jalur ilmu-ilmu agama secara sistematis, seperti melalui kajian kitab-kitab tafsir, hadis, akidah, fikih, dan tasawuf standar selama puluhan tahun. Jika tidak memenuhi persyaratan tersebut, beliau mengingatkan agar tidak mengaku makrifat atau terlibat dalam kajian yang membawa label tersebut.
“Jangan pula bergabung dengan padepokan yang mengaku mengajarkan ilmu makrifat sebab anda tidak akan bisa membedakan mana makrifat yang asli dan mana yang abal-abal sehingga potensi salah pilih guru sangat besar. Banyak orang baik yang tersesat gara-gara salah pilih guru,” tegas Wakil Sekretaris di PCNU Jember ini.
Sebagai alternatif, Abdul Wahab Ahmad, nama beliau pada laman Facebook, menganjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mengaji al-Qur’an, memperbanyak shalat sunnah, membaca shalawat, istighfar, tasbih, tahmid, takbir, hawqalah, dan berpuasa sunnah, serta mengikuti majelis-majelis ilmu syariat.
Postingan beliau ditutup dengan pesan agar berhati-hati terhadap orang-orang yang mengaku makrifat namun justru menunjukkan ciri-ciri yang bertentangan dengan ajaran Islam. Beliau menyarankan agar lebih baik bergaul dengan orang awam yang sibuk dengan kegiatan sosial daripada bergaul dengan orang yang tertipu seperti itu.
Postingan Abdul Wahab Ahmad ini menuai tanggapan beragam dari warganet, sebagian mengapresiasi peringatannya, sementara yang lain menyayangkan adanya penyebutan “sok makrifat” yang dianggap terlalu mengeneralisir. Dan baru-baru ini banyak kembali warganet membagikan ulang postingan tersebut.
Berikut postingan lengkap Abdul Wahab Ahmad, Peneliti Bidang Akidah di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dalam status facebooknya:
KAJIAN SESAT BERJUDUL MAKRIFAT
Yang saya lihat, kebanyakan kajian di Youtube, Facebook, atau medsos lain yang memakai judul “Makrifat” adalah kajian yang paling jauh dari Makrifat sesungguhnya. Isinya hanya orang halu, mikir sendiri, menyimpulkan seenak sendiri, tidak punya landasan ilmu al-Qur’an dan hadis lalu mengaku makrifat padahal malah sesat. Yang dianggap guru di situ mengenal kitab-kitab standar saja nggak, tapi malah mengaku mengenal Allah? Dia melihat jin lalu merasa melihat Allah. Bertemu setan lalu merasa bertemu Nabi Khidir. Hati-hati dan jauhi kajian semacam itu.Bila anda tidak pernah menempuh perjalanan menuntut ilmu-ilmu agama dalam bentuk kitab-kitab ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu akidah, ilmu fikih dan ilmu tasawuf standar selama puluhan atau minimal belasan tahun, maka jangan mengaku makrifat atau ikut-ikutan channel atau grup medsos yang membawa-bawa label makrifat.Jangan pula bergabung dengan padepokan yang mengaku mengajarkan ilmu makrifat sebab anda tidak akan bisa membedakan mana makrifat yang asli dan mana yang abal-abal sehingga potensi salah pilih guru sangat besar. Banyak orang baik yang tersesat gara-gara salah pilih guru.Yang dapat dilakukan dengan bekal ilmu agama yang terbatas adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mengaji al-Qur’an, memperbanyak shalat sunnah, membaca shalawat, istighfar, tasbih, tahmid, takbir, hawqalah, dan berpuasa sunnah. Ikuti juga majelis-majelis ilmu syariat. Itulah jalan menuju makrifat yang benar, sebuah jalan yang jauh, panjang dan melelahkan sehingga tidak banyak yang dapat sampai ke puncak sana.Ciri umum orang yang sok makrifat adalah orangnya sibuk dengan tampilan zahir yang tampak berbeda dengan orang lain. Entah rambutnya digondrongin, pakaiannya tidak sama dengan orang sekitarnya, eksklusif dan malas beribadah. Bacaan al-Qur’annya belepotan dan gak jelas tajwidnya, kalau tidur sulit dibangunkan, jarang ke masjid, shalatnya kelihatan tidak ada ketenangan dan tak pernah terlihat dia menangis karena takut pada Allah.Orang yang tertipu lebih suka bercerita tentang karamah atau alam ghaib seolah-olah dia tahu peta langit padahal cuma ngarang atau cuma dengar-dengar, daripada membahas tentang kewajiban menjauhi maksiat dan membersihkan hati dari unsur duniawi. Kalau anda bertemu orang seperti ini, jauhi saja. Berteman dengan orang awam tapi sibuk membuat kegiatan sosial, membantu masyarakat atau meramaikan masjid jauh lebih dekat dari jalan makrifat yang sesungguhnya daripada bergaul dengan orang yang tertipu seperti itu.
Semoga bermanfaat.