Fimadina.com – Setiap bulan Ramadhan, mayoritas umat Islam di Indonesia kerap membacakan doa ‘kamilin’ usai melaksanakan shalat tarawih. Doa ini begitu populer dan menjadi tradisi yang hampir tidak pernah terlewatkan. Namun, tahukah Anda mengenai asal-usul doa ini?
Jika ditelusuri lebih jauh, seperti dikutip dari NU Online doa ‘kamilin’ ternyata termaktub dalam beberapa kitab doa karya para ulama terkemuka. Salah satunya adalah Kitab Majmu’ah Maqruat Yaumiyah wa Usbuiyyah karya KH Muhammad bin Abdullah Faqih, pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Tuban.
Dalam lembaran pengantar, ayahanda KH Abdullah Faqih menyebutkan bahwa doa-doa dalam kitab tersebut merupakan hasil ijazah dari beberapa ulama besar, seperti KH. Abdul Hadi Zahid Langitan, KH Ma’shum Ahmad Lasem, Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki, dan Syekh Muhammad Yasin Bin Muhammad Isa Al-Fadani.
Selain itu, doa ‘kamilin‘ juga tercantum dalam Kitab Maslakul Akhyar karya Sayyid Utsman Bin Abdullah Bin Aqil Bin Yahya Al Alawi dari Pondok Bambu, Jakarta.
Meski bukan merupakan doa yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW secara langsung, melainkan gubahan para ulama, keberadaan doa ini telah menjadi tradisi yang mengakar di masyarakat Indonesia. Popularitasnya semakin menjulang, terutama setelah dibacakan usai shalat tarawih di bulan Ramadhan.
Namun, perlu diluruskan bahwa membaca doa ‘kamilin’ bukanlah bagian dari ritual shalat tarawih itu sendiri. Shalat tarawih tetap sah meski tanpa membacanya. Hanya saja, tradisi membaca doa ini di bulan Ramadhan dianjurkan sebagai upaya untuk memperbanyak doa kepada Allah SWT.
Menurut Ustadz Ahmad Sarwat, Lc., MA, dikutip dari Era Muslim, secara garis besar, makna doa ‘kamilin’ tidak menyimpang dari aqidah dan syariah Islam. Doa ini pada intinya memohon kepada Allah agar dijadikan orang yang sempurna imannya dan menjalankan kewajiban dengan baik.