Fimadina.com- Ada sebuah pembahasan menarik telah muncul di kalangan sebagian ulama Islam mengenai hubungan antara ketakwaan dan kekuatan syahwat. Seperti dilansir dari Situs Tanya Jawab Syari’ah PISS KTB, ada sebuah pernyataan yang mengejutkan berasal dari sebuah ibarot (ungkapan) yang berbunyi:
كل من كان اتقى لله كان اشد شهوة
Artinya: “Setiap orang yang paling bertakwa pada Allah maka syahwatnya kuat (memuncak).”
Imam Al-Qurthubi, dalam kitab tafsirnya “Jamii’ Li Ahkam Al-Qur’an”, menjelaskan alasan di balik fenomena ini ketika menafsirkan ayat Al-Qur’an:
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَىٰ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ ۖ فَقَدْ آتَيْنَا آلَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآتَيْنَاهُم مُّلْكًا عَظِيمًا
“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) atas karunia yang telah diberikan Allah kepadanya? Sungguh, Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepada mereka kerajaan (kekuasaan) yang besar.” (An-Nisa: 54)
Dalam penjelasannya, Al-Qurthubi mengutip:
لماذا أهل الاستقامة يحبون تعداد الزواج ، قال القرطبي رحمه الله, يقال:”إن كل من كان أتقى فشهوته أشد لأن الذي لا يكون تقيا فإنما يتفرج بالنظر والمس ألا ترى ما روي في الخبر: “العينان تزنيان واليدان تزنيان” فإذا كان في النظر والمس نوع من قضاء الشهوة قل الجماع، والمتقي لا ينظر ولا يمس فتكون الشهوة مجتمعة في نفسه فيكون أكثر جماعا .وقال أبو بكر الوراق:كل شهوة تقسي القلب إلا الجماع فإنه يصفي القلب ولهذا كان الأنبياء يفعلون ذلك”
“Mengapa orang yang istiqomah (saleh) suka dengan poligami? Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata: Sesungguhnya orang yang benar-benar bertakwa syahwatnya akan besar. Karena orang yang tidak bertakwa akan mudah melampiaskan syahwatnya dengan memandang dan menyentuh yang haram. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits: ‘Dua mata yang berzina dan tangan yang berzina.’ Ketika memandang dan menyentuh menjadi pelampiasan syahwat, maka akan mengakibatkan sedikit (kualitas) berjima’. Sedangkan orang yang benar-benar bertakwa tidak akan pernah memandang (menundukkan pandangan kepada yang haram) dan tidak akan menyentuh yang haram. Ini mengakibatkan syahwat terpendam di dalam dirinya dan lebih banyak melampiaskan jima’ yang halal terhadap istrinya.”
Abu Bakar Al-Waraq menambahkan: “Semua syahwat dapat mengeraskan hati kecuali jima’. Sesungguhnya jima’ dapat melembutkan hati. Karena itulah para Nabi melakukan poligami dan jima’.” (Tafsir Al Qurthubi Juz. 5/253).
Beberapa ulama lain juga memberikan pandangan mereka tentang hubungan antara ketakwaan, syahwat, dan aktivitas intelektual:
كنت إذا ستغلقت على مسألة، دعوت زوجتي إلى الفراش,فإذا فرغت من أمرها قمت إلى قراطيس أصب العلم صبا. لأن الجماع يصفى الذهن ويقوى الفهم.
“Ketika aku terkunci pada suatu permasalahan (ilmu), maka aku panggil istriku untuk berhubungan badan. Ketika aku selesai, maka aku ambil kertas dan ku tuangkan ilmu ke atasnya (mulai mengarang kitab). Sebab Jima’ dapat membersihkan fikiran dan menguatkan pemahaman.”
أحتاج الى الجماع كماأحتاج الى القوت.فالزوجة على التحقبق قوت وسبب لطهارة القلب. ولذللك أمر رسول الله كل من وقع نظره على إمرأة فتاقت اليها نفسه ان يجامع أهله.
“Aku butuh berhubungan biologis sebagaimana aku butuh makanan (untuk asupan badan). Maka seorang istri tak ubahnya asupan badan, dan menjadi sebab bersihnya hati. Oleh karena itu, Rasulullah memerintahkan kepada setiap lelaki yang melihat perempuan yang membuat hati tertarik padanya, maka hendaknya menggauli istrinya.”
Para pakar fiqih bahkan menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan biologis pasangan:
قال الفقهاء : وعلى الرجل ان يشبع إمراته جماعا او وطأ كما يشبعها قوتا.
“Wajib bagi lelaki untuk memuaskan istrinya dalam hubungan biologis, sebagaimana mengenyangkannya dengan makanan.”
Dalam tafsir Al-Qurthubi, dijelaskan juga konteks historis terkait Nabi Sulaiman:
يقال : إن سليمان عليه السلام كان أكثر الأنبياء نساء . والفائدة في كثرة تزوجه أنه كان له قوة أربعين نبيا ، وكل من كان أقوى فهو أكثر نكاحا . ويقال : إنه أراد بالنكاح كثرة العشيرة ؛ لأن لكل امرأة قبيلتين قبيلة من جهة الأب وقبيلة من جهة الأم ؛ فكلما تزوج امرأة صرف وجوه القبيلتين إلى نفسه فتكون عونا له على أعدائه .
“Dikatakan bahwa Nabi Sulaiman adalah nabi yang paling banyak istrinya. Manfaat dari banyaknya pernikahan beliau adalah karena beliau memiliki kekuatan 40 nabi, dan setiap orang yang lebih kuat, maka ia lebih banyak menikah. Dikatakan juga bahwa tujuan pernikahannya adalah untuk memperbanyak keluarga, karena setiap istri memiliki dua kabilah, satu dari pihak ayah dan satu dari pihak ibu. Setiap kali beliau menikahi seorang wanita, beliau menarik dua kabilah ke pihaknya, sehingga menjadi pendukung beliau melawan musuh-musuhnya.”
Meskipun pandangan ini mungkin mengejutkan bagi sebagian orang, para ulama menekankan bahwa hal ini harus dipahami dalam konteks pernikahan yang sah dan sesuai dengan ajaran Islam. Jadi, ketakwaan bukan hanya tentang menahan diri, tetapi juga tentang menyalurkan hasrat secara halal dan bertanggung jawab.
Hal ini dapat membuka wawasan baru tentang hubungan antara spiritualitas dan seksualitas dalam Islam, menunjukkan bahwa keduanya tidak selalu bertentangan, tetapi bisa saling melengkapi dalam konteks yang tepat. Tapi dengan begitu, harus difahami bahwa interpretasi ini harus dilihat dalam konteks historis dan sosial yang tepat, serta tidak disalahgunakan untuk membenarkan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
(pisktb)