Dalam teori kehidupan, kita menyadari bahwa ini hanya sementara. Sebagai seorang muslim, pemahaman ini lebih dalam; hidup di dunia hanyalah fase awal dari perjalanan panjang menuju kehidupan abadi yang menanti setelahnya. Ini adalah landasan keyakinan yang mengakar kuat dalam hati.
Fitrah manusia telah dianugerahi naluri untuk membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah. Namun, dalam realitas sehari-hari, mengakui dan mengamalkan kebenaran ini terkadang jauh dari mudah. Kita sering terjebak dalam gemerlap kesenangan atau terhimpit oleh penderitaan yang terlalu dalam, sehingga kesadaran akan hal ini seringkali memudar.
Dalam perjalanan ini, dosa adalah musuh utama yang selalu mengintai. Ia menyusup dalam kehidupan kita dengan licik, terkadang tanpa disadari. Imam Ibnul Qayyim, seorang ulama terkemuka, mengajarkan bahwa dosa-dosa besar seringkali disertai oleh rasa malu dan ketakutan yang besar. Orang yang melakukan dosa besar akan merasa penuh penyesalan dan takut akan akibat yang akan ia terima. Mereka menyadari besarnya dosa yang telah mereka lakukan. Namun, dosa-dosa kecil seringkali tidak menimbulkan rasa malu atau takut yang sama. Mereka cenderung dianggap sepele dan remeh, meskipun sebenarnya bisa jadi tingkatan dosa yang tinggi.
Menghadapi godaan dosa, penting untuk selalu mengingatkan diri sendiri akan sifat sementara dari kenikmatan duniawi. Kesenangan yang begitu menggoda mungkin memberikan kepuasan sesaat, namun kepuasan tersebut hanya bersifat sementara. Sebaliknya, akibat dari dosa bisa berdampak jauh ke masa depan, bahkan hingga ke kehidupan abadi.
Untuk mempertahankan kesadaran akan kebenaran ini, introspeksi dan refleksi secara teratur adalah suatu keharusan. Kita harus mengukur setiap tindakan dan keputusan dengan standar kebenaran dan keadilan. Dengan cara ini, kita dapat menghindari jebakan dosa kecil yang seringkali terlihat sepele namun memiliki konsekuensi besar.
Penting juga untuk mengembangkan sifat malu dan takut kepada Allah dalam diri kita. Rasa malu akan mendorong kita untuk tidak melakukan tindakan yang melanggar norma-norma agama dan moral. Takut kepada Allah akan mengingatkan kita akan keadilan-Nya yang mutlak dan konsekuensi dari setiap tindakan kita.
Dalam menghadapi dosa, tidak ada jalan lain selain bertaubat dan memohon ampunan dari Allah. Kita harus memahami bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni jika sungguh-sungguh bertaubat dengan tulus. Dengan taubat yang ikhlas, kita dapat memulai lembaran baru dengan hati yang lebih bersih dan tekad yang lebih kuat untuk mengikuti jalan kebenaran.
Jadi, meskipun mengakui kebenaran ini terkadang sulit dalam kehidupan sehari-hari, sebagai seorang muslim, kita memiliki pedoman yang kuat untuk membimbing kita. Dengan kesadaran akan sementaranya kehidupan ini, naluri fitrah untuk membedakan antara baik dan buruk, serta kesadaran akan dosa dan konsekuensinya, kita dapat mengarungi perjalanan ini dengan keyakinan dan tekad yang kokoh menuju kehidupan abadi yang selalu menanti.