Musibah kekeringan yang sedang dialami saat ini seharusnya menjadi sebuah muhasabah massal bagi kita semua. Kekeringan, sebagai bagian dari takdir yang datang dari Allah, juga merupakan konsekuensi dari perbuatan manusia yang telah mengabaikan kelestarian lingkungan. Dalam QS. Ar-Rad ayat 11 Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Dalam konteks kekeringan, kita harus merenungkan firman di atas sebagai panggilan untuk bertindak. Kekeringan bukanlah fenomena yang hanya terjadi begitu saja, tetapi seringkali merupakan hasil dari perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan. Kekeringan yang melanda berbagai wilayah adalah bukti nyata dari ketidakseimbangan yang telah diciptakan oleh manusia dalam ekosistem. Eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam, deforestasi, polusi, dan perubahan iklim adalah sebagian besar penyebab dari musibah ini. Kita telah terlalu lama mengabaikan tanggung jawab kita sebagai penghuni bumi untuk menjaga dan merawat alam.
Dalam Fikih Kebencanaan disebutkan bahwa bencana—dalam hal ini kekeringan—berfungsi sebagai media untuk introspeksi seluruh perbuatan manusia yang mendatangkan peristiwa yang merugikan manusia itu sendiri. Di sini berlakulah firman Allah dalam QS. Al Hasyr ayat 18: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Muhasabah massal adalah saat yang tepat bagi kita untuk merenungkan peran kita dalam menciptakan kondisi saat ini. Sangat penting untuk lebih sadar akan kelestarian ekologis dan dampak negatif yang bisa timbul dari tindakan kita. Ini adalah momen di mana kita harus bertanya pada diri sendiri apakah kita telah menjalani kehidupan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Langkah pertama dalam muhasabah ini adalah meningkatkan kesadaran kita tentang pentingnya pelestarian alam. Kita perlu memahami bahwa kita bukanlah pemilik alam ini, tetapi hanya penjaga sementara yang bertanggung jawab untuk melestarikannya bagi generasi mendatang. Pemilik sejati alam raya ini hanyalah Allah, sementara manusia hanyalah nisbi. Dalam QS. An-Nisa ayat 131, Allah berfirman: “Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar bertakwa kepada Allah. Tetapi jika kamu ingkar, maka (ketahuilah), milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan Allah Mahakaya, Maha Terpuji.”
Selanjutnya, kita harus mengambil tindakan nyata. Ini bisa berarti mendukung upaya-upaya untuk menghentikan deforestasi, mengurangi polusi, dan mempromosikan energi terbarukan. Setiap individu, lembaga, dan pemerintah memiliki peran dalam menjaga ekosistem yang rapuh ini. Hal ini sejalan dengan Sabda Rasulullah Saw: “Tak seorang pun muslim yang menanam pohon atau menabur benih tanaman, lalu (setelah ia tumbuh) dimakan oleh burung, manusia, atau hewan lainnya, kecuali akan menjadi sedekah baginya.”
Dalam hadis lain disebutkan bahwa jika seseorang menebang pohon tanpa alasan yang sah atau tanpa keperluan yang mendesak akan menghadapi hukuman Allah yang serius, yaitu dengan mengarahkan kepalanya ke neraka. Pesan ini menunjukkan betapa pentingnya penghormatan terhadap alam dan sumber daya yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. “Dari ‘Abdullah bin Hubsyi (ia berkata): Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang menebang pohon sidrah (sejenis bidara), maka Allah akan mengarahkan kepalanya ke neraka.”
Muhasabah massal tentang kekeringan yang kita alami saat ini adalah panggilan untuk berubah. Dengan tindakan yang tepat, kita dapat mencegah kekeringan yang lebih parah dan merestorasi keseimbangan lingkungan. Ini bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi tanggung jawab bersama kita sebagai umat manusia. Mari kita bersatu untuk melindungi rumah kita bersama-sama, karena kita tidak punya planet lain.
Disarikan dari Khutbah Jumat: Kekeringan Sebagai Muhasabah Massal Muhammadiyah.or.id