Fimadina.com- Dalam sebuah era bersejarah yang disebut sebagai masa keemasan Islam, ada banyak pencapaian luar biasa yang telah dicapai oleh umat Muslim. Salah satu penemuan penting yang berasal dari periode ini adalah sabun. Sejak abad ke-7 M, umat Muslim telah memainkan peran kunci dalam mengembangkan gaya hidup higienis yang modern. Sebuah buku berjudul “Technology Transfer in the Chemical Industries” oleh Ahmad Y Al-Hassan mengungkapkan bahwa beberapa kota di dunia Islam, seperti Nablus di Palestina, Kufah, dan Basrah di Irak, telah menjadi pusat industri sabun.
Menurut Al-Hassan, sabun yang kita kenal saat ini adalah hasil warisan peradaban Islam. Ia menjelaskan bahwa sabun yang terbuat dari minyak sayuran, seperti minyak zaitun dan minyak aroma, pertama kali diproduksi oleh para kimiawan Muslim di era kekhalifahan. Salah satu tokoh Muslim yang dikenal sebagai pencipta formula sabun adalah Al-Razi, seorang kimiawan legendaris dari Persia.
Al-Hassan juga mencatat bahwa formula untuk membuat sabun telah bertahan hingga kini, menunjukkan ketepatan penemuan tersebut. Sabun yang diproduksi oleh umat Muslim pada zaman kejayaannya sudah mengandung pewarna dan pewangi. Selain sabun batangan, sabun cair juga sudah ada. Bahkan, pada saat itu, sabun khusus untuk mencukur kumis dan janggut sudah ada. Harga sabun pada tahun 981 M sekitar tiga Dirham (koin perak), setara dengan 0,3 Dinar (koin emas).
Namun, menurut Sherwood Taylor dalam bukunya yang berjudul “A History of Industrial Chemistry” pada tahun 1957, peradaban Barat baru menguasai pembuatan sabun pada abad ke-18 M. Meskipun sebelumnya, menurut RJ Forbes dalam bukunya yang berjudul “Studies in Ancient Technology” pada tahun 1965, campuran yang mengandung sabun telah digunakan di Mesopotamia.
Dalam pandangan Forbes, meskipun dunia klasik belum mengenal sabun, beberapa deterjen telah digunakan. Namun, penemuan sabun modern yang kita kenal saat ini baru diciptakan pada masa kejayaan Islam. Sejarah pembuatan sabun di dunia Islam secara rinci dicatat oleh Raja Al-Muzaffar Yusuf ibn Umar ibn Ali ibn Rasul, yang wafat pada tahun 1294 M. Raja ini adalah seorang penguasa Yaman yang berasal dari Dinasti Bani Rasul yang kedua.
Raja Al-Muzaffar adalah seorang penguasa yang sangat peduli terhadap ilmu pengetahuan. Pada masa kekuasaannya di abad ke-13 M, ia mendukung dan melindungi para ilmuwan dan seniman untuk berkreasi dan berinovasi. Dalam risalahnya, Raja Al-Muzaffar mengisahkan bahwa Suriah sangat terkenal sebagai produsen sabun keras yang biasa digunakan untuk keperluan di toilet.
Sejarah penemuan sabun ini menjadi saksi bisu dari kontribusi berharga yang diberikan oleh umat Islam dalam perkembangan ilmu dan teknologi, dan sabun tetap menjadi salah satu pencapaian terpenting yang kita nikmati hingga saat ini. (gz/republika)